Jumat, 23 Maret 2018

Psikosomatik


Penemuan  ilmu Psikosomatik berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya, karena penyakit-penyakit yang ada di tubuh manusia tidak saja dilihat dari penyebab eksternnya saja (infeksi, kuman bakteri, dan sebagainya) tetapi juga dilihat dari pengaruh kejiwaan yang mungkin jadi penyebab penyakit itu, atau timbnya gangguan-gangguan batin[1] adalah disebabkan tidak adanya keselarasan atau keseimbangan antara lahir dan batinnya. Jika tidak ada keseimbangan antara lahir dan batin seseorang akan menimbulkan hambatan-hambatan kepada keinginan, dan cita-cita ataupun kehendak seseorang.
Peristiwa hambatan dari daya dorong pada urat syaraf akan menimbulkan suatu penimbunan arus listrik yang bersemayam dalam batin. Penimbunan arus listrik hidup akan menyebabkan terjadinya tekanan atau rasa sakit dalam batin. Kenyataan sering terjadi, seseorang yang mempunyai kehendak, maksud atau cita-cita dan rencana yang sudah disiapkan secara matang dan bersusah payah, tiba-tiba kenyataan menungjukkan kegagalan, bahkan jauh sekali dengan yang diduga semula. Kegagalan semacam ini akan menimbulkan tekanan batin yang serius. Timbulnya gangguan batin kadangkala juga disebabkan penghianatan sesama teman seperjuangan yang semulamenyatakan kesetiannya, sanggup bekerjasama dan bersedia menunaikan tugas atau cita-cita mencapai tujuan yang direncanakan bersama, tiga-tiba saja teman tadi pergi dan/atau berbuat sebaliknya. Penghianatan seperti ini dapat menimbulkan tekanan-tekanan batin, yang akhirnya akan menjadi penyakit.
“Jantung berhenti mendadak tidak sama dengan serangan jantung. Serangan jantung terjadi karena suplai darah jantung terputus, sementara serangan jantung tiba-tiba biasanya disebabkan oleh masalah listrik di dalam hati, ”kata Asisten Asosiasi Jantung, Prof Ching.
Serangan jantung mendadak biasanya disebabkan oleh kelainan pada irama jantung, yang dikenal sebagai aritmia. (SCD, https://www.healthxchange.sg)
Berat dan ringannya rasa sakit sebagai akibat tekanan batin bergantung dari besar dan kecilnya hambatan atau penimbunan arus listrik tadi. Kalau rasa sakit tidak segera dienyahkan dan diobati akan menimbulkan ketegangan pada otot-otot[2] yang seterusnya akan merusak alat-alat tubuh lainnya. Apabila ketegangan atau kejangnya alat-alat tubuh berlangsung lama sekali tanpa disadari akan menyebabkan terjadinya tekanan-tekanan pada pembuluh darah nadi yang pada akhirnya juga akan menaiknya tekanan darah. Inilah yang kemudian akan menimbulkan penyakit darah tinggi. Bahkan beberapa penyakit seperti urat-syarat, penyakit kelenjar, eksem dan sebagainya pada umumnya diakibatkan adanya pertentangan atau ketidak-seimbangan yang terjadi antara lair dan batin seseorang.
Penyakit yang diakibatkan tekanan batin semacam itu umumnya sukar sekali disembuhkan dengan obat-obatan yang terbuat dari bahan-bahan kimiawi ataupun alami. Tentunya penyakit tekanan batin ini hanya dapat diobati dengan cara-cara rohaniah dan obat-obatan yang bersifat rohaniah pula. Pemeriksaan menyeluruh (ntegral) atau pengaruh timbal balik dari lahir dan batin si penderita. Melalui pemeriksaan semacam ini akan diperoleh kesimpulan bahwa pada hakekatnya alat-alat tubuh yang sakit sangat tergantung dan dipenagruhi oleh bentuk kepribadian si penderita[3]. Bisa juga terjadi karena pengaruh lingkungan sekitarnya, misalnya: karena tekanan ekonomi, pertentangan antara keluarga, antar kawan seperjuangan, ambisi untuk memperoleh kedudukan, selalu mengharapkan pujian, gangguan seksuil dan pengaruh sekitarnya[4]. Kesemuanya itu akan mempengaruhi nafsu seorang, sehingga nafsu tadi akan menguasai pribadi orang tersebut. Oleh karena itu ia dikuasai nafsu, maka tindakan-tindakannya tidak lagi diawasi rasa kesusilaannya. Apabila seseorang dalam tindakannya dikuasai kesusilaannya[5] maka dapatlah dikatakan orang itu dalam keadaan sehat lahir batinnya. Sebaliknya jika ia dikuasai nafsunya dengan mudah akan diketahui timbulnya pertentangan batin yang akan menimbulkan penyakit badaniah.
Ilmu jiwa modern[6]  memberikan bukti yang akurat dan tidak dapat disangkal kebenarannya bahwa pengobatan utama dalam ilmu Psikomatik adalah Etika Religius[7].  Timbulnya emosi dengki, cemburu, tamak, loba, rakus, gila hormat, minta dipuja-puja, gila jabatan dan berebut kedudukan, kikir dan segala macam emosi kemaksiatan adalah sumber dan pangkalnya segala macam penyakit rohani yang akan menimbulkan penyakit jasmani. Penyakit jasmani yang nampak, tidak dapat disembutkan dengan obat-obatan biasa sebelum penyakit rohani yang menyebabkannya diobati terlebih dahulu. Pengobatan terhadap penyakit rohani hanya dapat dilakukan dengan atau oleh Sinar Allah. Wujud pengobatan penyakit rohaniah ini adalah melaksanakan semua ajaran dan perintah agama. Melalui Etika Keagamaan segala macam emosi kemaksiatan tadi diasimilasikan hingga menimbulkan process of relay dalam rohani, menjadi emosi bakti, ikhlas, suci berwujud ajakan kepada amal-amal shaleh yang akan membawa kemaslhatan pada diri sendiri, masyarakat, negara dan bangsa.

Dengan keterangan ini nyata sekali bahwa sesungguhnya pendidikan agama menjadi satu-satunya syarat yang utama untuk mencetak manusia-manusia yang memiliki ketertiban lahir batin atau manusia yang memiliki ketertiban lahir batin atau manusia susila. Prototype atau contoh manusia susila yang utama adalah Rasulullah Muhammad saw. yang sudah mengalami sendiri operasi jiwa untuk mencuci dan menambah bersihnya rohani beliau, ketika beliau akan melakukan perjalanan bersejarah Isra' dan Mi'raj.
Peristiwa oprasi jiwa yang dialami Rasulullah itu telah membuka tirai yang membentangkan rahasia jiwa, sukma dan alat-alat rohani lainnya. Peristiwa inipun memberikan dorongan kepada umatnya untuk mempelajari ilmu kesehatan jasmani dan rohani agar mereka menjadi umat sehat lahir dan batinnya yang sanggup menjelmakan keadilan, kemakmuran hidup suatu bangsa dan negara. Merekalah juga yang sanggup memberikan kesejahteraan di dunia dan akhirat.



[1] Ziels Conflict
[2] Weerstand
[3] Persoonlijkheids stuctuur
[4] Exogene millieu invioeden
[5] Ethisch leven
[6] Harmonische Psychologie
[7] Religieus Ethiek

Kamis, 15 Maret 2018

Kisah Cinta Rumit Hawking, Jane, Fisika, dan Ketenaran


Master fisika asal Inggris meninggal dunia pada usia 76 tahun ini meninggal pada Selasa, 13 Maret 2018  waktu British. Setelah sebelumnya hidup dengan pelanggan ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) sebuah penyakit yang menyebabkan kelumpuhan yang telah dideritanya selama lebih dari 40 tahun, akhirnya penemu teori lubang hitam ini akhirnya menyerah.
Hawking sendiri menuai banyak penghargaan dalam bidang fisika kuantum semasa hidupnya.Meski banyak media mempublikasikan karya-karya Hawking, kisah cintanya tidak kalah menarik.Hawking pertama kali menikahi seorang gadis yang dilihatnya di kampus. Jane Wilde, nama istri pertama Hawking. Hawking dan Jane menikah pada tahun 1965, dua tahun setelah Hawking didiagnosis menderita ALS.

Kehidupan cinta mereka awalnya mulus-mulus saja. Bahkan bisa dibilang sangat harmonis meski kondisi Hawking saat itu sudah cukup parah."Aku rasa, aku dan dia sama-sama kesepian.
Kami dua orang kesepian yang kemudian dipertemukan, dan itulah yang membuatku bisa menerimanya," kata Jane dilansir dari Independent.Jane dan Hawking memiliki tiga orang anak dari pernikahan tersebut. Dalam keterbatasan fisik, Hawking tetap berkarya dan semakin terkenal
Masalah rumah tangga mereka mulai datang setelah Hawking makin terkenal dan penyakitnya makin parah. Menurut Jane, pernikahan itu bukan terdiri dari dua orang, tapi dari empat figur, yaitu : Hawking, Jane, Fisika, dan Ketenaran.
Jane hanya ingin hidup bersama Hawking, tapi Hawking tidak pernah bisa memahami kondisi itu."Aku sangat lelah memahaminya.
Dan aku juga lelah sekali mengurusnya, penyakitnya, ditambah semua sikapnya yang egois dan kekanak-kanakan," ungkap Jane.
Jane merasa dia bukan menjadi istri, tapi menjadi "budak" Hawking.Saat itulah, Hawking dekat dengan salah seorang susternya bernama Elaine Mason.Kondisi rumah tangganya dengan Jane memanas, Hawking pergi meninggalkan Jane bersama Mason pada tahun 1990.
Lima tahun kemudian, Hawking dan Mason menikah. Jane hidup bersama tiga orang anaknya dan merelakan Hawking menjalani hidupnya sendiri. Tidak sampai di situ, drama cinta Stephen Hawking masih berlanjut. Hawking ditemukan dengan tubuh penuh memar dan bekas luka sejak tinggal berdua dengan Mason. Pergelangan tangannya retak, lengan dan tulang pahanya patahm serta ada tiga luka di wajahnya. Media dan anak-anak Hawking menyalahkan Mason, meski Hawking tidak pernah memperbolehkan polisi menginterogasi istrinya itu. Diduga karena adanya kekerasan dari Mason, Hawking meminta bercerai dari istri keduanya itu di tahun 2007.
Sejak bercerai dengan Mason, hubungan Hawking dengan mantan istri pertamanya dan anak-anaknya kembali membaik. Jane bahkan pindah dari rumah lamanya dan tinggal di lingkungan yang dekat dengan rumah Hawking. Tahun 2014, Hawking dan Jane bahkan menghadiri pemutaran perdana film The Theory of Everything. Film itu bercerita tentang kisah cinta Hawking dan Jane yang digambarkan sangat romantis. (independent.co.uk)