Penemuan ilmu Psikosomatik berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya, karena penyakit-penyakit yang ada di tubuh
manusia tidak saja dilihat dari penyebab eksternnya saja
(infeksi, kuman bakteri, dan sebagainya) tetapi juga dilihat dari pengaruh
kejiwaan yang mungkin jadi penyebab penyakit itu, atau timbnya gangguan-gangguan batin[1] adalah
disebabkan tidak adanya keselarasan atau keseimbangan antara lahir dan
batinnya. Jika tidak ada keseimbangan antara lahir dan batin
seseorang akan menimbulkan hambatan-hambatan
kepada keinginan, dan cita-cita ataupun kehendak seseorang.
Peristiwa hambatan dari daya dorong pada urat syaraf akan
menimbulkan suatu penimbunan arus listrik yang bersemayam dalam batin.
Penimbunan arus listrik hidup akan menyebabkan terjadinya tekanan atau rasa
sakit dalam batin. Kenyataan sering terjadi, seseorang yang mempunyai kehendak,
maksud atau cita-cita dan rencana yang sudah disiapkan secara matang dan
bersusah payah, tiba-tiba kenyataan menungjukkan kegagalan, bahkan jauh sekali
dengan yang diduga semula. Kegagalan semacam ini akan menimbulkan tekanan batin
yang serius. Timbulnya gangguan batin kadangkala juga disebabkan penghianatan
sesama teman seperjuangan yang semulamenyatakan kesetiannya, sanggup
bekerjasama dan bersedia menunaikan tugas atau cita-cita mencapai tujuan yang
direncanakan bersama, tiga-tiba saja teman tadi pergi dan/atau berbuat
sebaliknya. Penghianatan seperti ini dapat menimbulkan tekanan-tekanan batin,
yang akhirnya akan menjadi penyakit.
“Jantung berhenti mendadak tidak sama dengan serangan jantung. Serangan jantung terjadi karena suplai
darah jantung terputus, sementara serangan jantung tiba-tiba biasanya
disebabkan oleh masalah listrik di dalam hati, ”kata Asisten Asosiasi Jantung, Prof Ching.
Serangan
jantung mendadak biasanya disebabkan oleh kelainan pada irama jantung, yang dikenal
sebagai aritmia. (SCD, https://www.healthxchange.sg)
Berat dan ringannya rasa sakit sebagai akibat tekanan batin
bergantung dari besar dan kecilnya hambatan atau penimbunan arus listrik tadi.
Kalau rasa sakit tidak segera dienyahkan dan diobati akan menimbulkan
ketegangan pada otot-otot[2]
yang seterusnya akan merusak alat-alat tubuh lainnya. Apabila ketegangan atau
kejangnya alat-alat tubuh berlangsung lama sekali tanpa disadari akan
menyebabkan terjadinya tekanan-tekanan pada pembuluh darah nadi yang pada
akhirnya juga akan menaiknya tekanan darah. Inilah yang kemudian akan
menimbulkan penyakit darah tinggi. Bahkan beberapa penyakit seperti
urat-syarat, penyakit kelenjar, eksem dan sebagainya pada umumnya diakibatkan
adanya pertentangan atau ketidak-seimbangan yang terjadi antara lair dan batin
seseorang.
Penyakit yang diakibatkan tekanan batin semacam itu umumnya
sukar sekali disembuhkan dengan obat-obatan yang terbuat dari bahan-bahan
kimiawi ataupun alami. Tentunya penyakit tekanan batin ini hanya dapat diobati
dengan cara-cara rohaniah dan obat-obatan yang bersifat rohaniah pula. Pemeriksaan
menyeluruh (ntegral) atau pengaruh timbal balik dari lahir dan batin si
penderita. Melalui pemeriksaan semacam ini akan diperoleh kesimpulan bahwa pada
hakekatnya alat-alat tubuh yang sakit sangat tergantung dan dipenagruhi oleh
bentuk kepribadian si penderita[3].
Bisa juga terjadi karena pengaruh lingkungan sekitarnya, misalnya: karena tekanan
ekonomi, pertentangan antara keluarga, antar kawan seperjuangan, ambisi untuk
memperoleh kedudukan, selalu mengharapkan pujian, gangguan seksuil dan pengaruh
sekitarnya[4].
Kesemuanya itu akan mempengaruhi nafsu seorang, sehingga nafsu tadi akan
menguasai pribadi orang tersebut. Oleh karena itu ia dikuasai nafsu, maka tindakan-tindakannya
tidak lagi diawasi rasa kesusilaannya. Apabila seseorang dalam tindakannya
dikuasai kesusilaannya[5]
maka dapatlah dikatakan orang itu dalam keadaan sehat lahir batinnya.
Sebaliknya jika ia dikuasai nafsunya dengan mudah akan diketahui timbulnya
pertentangan batin yang akan menimbulkan penyakit badaniah.
Ilmu jiwa modern[6] memberikan bukti yang akurat dan tidak dapat
disangkal kebenarannya bahwa pengobatan utama dalam ilmu Psikomatik adalah
Etika Religius[7]. Timbulnya emosi dengki, cemburu, tamak, loba,
rakus, gila hormat, minta dipuja-puja, gila jabatan dan berebut kedudukan,
kikir dan segala macam emosi kemaksiatan adalah sumber dan pangkalnya segala
macam penyakit rohani yang akan menimbulkan penyakit jasmani. Penyakit jasmani
yang nampak, tidak dapat disembutkan dengan obat-obatan biasa sebelum penyakit
rohani yang menyebabkannya diobati terlebih dahulu. Pengobatan terhadap
penyakit rohani hanya dapat dilakukan dengan atau oleh Sinar Allah. Wujud
pengobatan penyakit rohaniah ini adalah melaksanakan semua ajaran dan perintah
agama. Melalui Etika Keagamaan segala macam emosi kemaksiatan tadi diasimilasikan
hingga menimbulkan process of relay dalam rohani, menjadi emosi bakti, ikhlas,
suci berwujud ajakan kepada amal-amal shaleh yang akan membawa kemaslhatan pada
diri sendiri, masyarakat, negara dan bangsa.
Dengan keterangan ini nyata sekali bahwa sesungguhnya pendidikan agama menjadi satu-satunya syarat yang utama untuk mencetak manusia-manusia yang memiliki ketertiban lahir batin atau manusia yang memiliki ketertiban lahir batin atau manusia susila. Prototype atau contoh manusia susila yang utama adalah Rasulullah Muhammad saw. yang sudah mengalami sendiri operasi jiwa untuk mencuci dan menambah bersihnya rohani beliau, ketika beliau akan melakukan perjalanan bersejarah Isra' dan Mi'raj.
Peristiwa oprasi jiwa yang dialami Rasulullah itu telah membuka
tirai yang membentangkan rahasia jiwa, sukma dan alat-alat rohani lainnya.
Peristiwa inipun memberikan dorongan kepada umatnya untuk mempelajari ilmu
kesehatan jasmani dan rohani agar mereka menjadi umat sehat lahir dan batinnya
yang sanggup menjelmakan keadilan, kemakmuran hidup suatu bangsa dan negara.
Merekalah juga yang sanggup memberikan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
[2] Weerstand
[3] Persoonlijkheids stuctuur
[4] Exogene millieu invioeden
[5] Ethisch leven
[6] Harmonische Psychologie
[7] Religieus Ethiek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
... tuliskan komentar disini